Xgua

Photobucket

REFLEKSI PEMBELAJARN COACHING DALAM CGP

REFLEKSI PEMBELAJARAN

MODUL 2.3

 

Pada pembelajaran kali ini, saya mempelajari materi baru yaitu tentang kompetensi coaching dan penerapannya dalam  supervisi akademik. Materi yang baru saya pelajari meliputi berbagai aspek coaching, mulai dari prinsip-prinsip dasarnya hingga alur percakapan coaching yang efektif. Saya menyadari bahwa coaching bukan sekadar memberikan arahan, tetapi lebih kepada mendampingi dan mendorong guru untuk mengembangkan potensi mereka sendiri. Saya menyadari bahwa untuk berhasil dalam peran sebagai seorang coach, membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan guru ( kemitraan ) adalah kunci. Guru perlu merasa nyaman untuk berbicara terbuka tentang permasalahan, tantangan dan aspirasi mereka. Materi ini juga menguraikan proses coaching yang terstruktur, mulai dari perencanaan hingga refleksi pasca-observasi. Ini membuat saya menyadari pentingnya merencanakan setiap sesi coaching dengan baik dan memiliki tujuan yang jelas.

Pada awal materi saya merasa biasa saja, saya pikir coaching sama dengan konsultasi dimana ada permasalahan, tetapi setelah mengerti dan memahami tentang coaching saya menjadi antusias dan penasaran dengan coaching. Namun, ada juga sedikit kekhawatiran tentang bagaimana mengintegrasikan konsep-konsep ini dalam peran sebagai supervisor akademik karena saya belum pernah melakukannya.

Saat belajar tentang coaching, saya merasa sudah berusaha dengan maksimal mempelajari materi ini, dengan belajar secara mandiri, berdiskusi dengan teman, belajar menjadi coach, coachee dan supervisor. Selain itu saya juga berusaha mencari tahu tentang coaching dari media lain dan berusaha mengikuti kelas coaching yang dilakukan oleh lembaga lain yang memiliki sertifikasi coaching. Dengan begitu saya harap saya mampu belajar lebih dan mampu menerapkan kompetensi coaching ini di masa sekarang dan mendatang. Tetapi memang perlu proses berlatih untuk bias menjadi coach yang baik dalam sebuah coaching. Kemampuan untuk mendengarkan dengan RASA juga tidak mudah menurut saya. Mengarahkan coachee menuju solusi juga belum saya kuasai secara maksimal. Saya merasa masih  perlu lebih banyak waktu untuk refleksi dan perlu terus praktik penerapan coaching. untuk bisa melakukan coaching  diperlukan keterampilan komunikasi, kematangan diri dan berwawasan luas karena ini sangat diperlukan dalam pemberian umpan balik. Hal ini mendorong seseorang yang akan menjadi coachee untuk terus berusaha mengembangkan kemampuannya dan meningkatkan pengembangan dirinya secara maksimal. Apalagi jika menjadi supervisor dan menjadi seorang pemimpin. Maka haruslah mampu bersikap bijaksana dalam pengembangan rekan sejawat.

Selama pembelajaran mengenai coaching, saya merasa terdorong untuk bertanya, "Mengapa coaching sangat penting dalam dunia pendidikan?" Pertanyaan ini menggali lebih dalam konsep coaching dan mengapa hal ini diperlukan dalam pengembangan guru dan peningkatan hasil belajar siswa. Saya juga bertanya, "Apakah coaching hanya berfokus pada aspek akademik, atau apakah ada potensi untuk mengintegrasikan coaching dengan pembelajaran sosial dan emosional?" Pertanyaan ini membuka pintu bagi saya untuk menjelajahi kemungkinan penggunaan coaching yang lebih luas dalam konteks pendidikan.

Saya berfikir tentang bagaimana coaching dapat menjadi alat yang kuat untuk menggali potensi tersembunyi dalam diri guru. Ini membawa saya pada pemikiran pribadi bahwa setiap guru memiliki kekuatan unik dan keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui coaching yang tepat. Pemikiran ini membantu saya menggali wawasan baru tentang pentingnya mengenali kekuatan individu dan bagaimana coaching dapat membantu guru mengembangkannya.

Saya mulai memikirkan  tentang tantangan yang mungkin dihadapi oleh guru di sekolah masing-masing. Saya menyadari bahwa pendekatan coaching harus peka terhadap perbedaan-perbedaan ini. Bagaimana coaching dapat disesuaikan dengan tantangan unik yang muncul dalam berbagai konteks pendidikan? Ini adalah pertanyaan yang perlu saya jawab saat mengimplementasikan coaching di lapangan.

Pemahaman saya tentang coaching membantu saya memikirkan berbagai alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi. Sebagai contoh, jika salah satu tantangan adalah kurangnya sumber daya dalam sebuah sekolah, saya memikirkan cara coaching dapat membantu guru mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif dengan sumber daya yang terbatas. Saya juga berpikir tentang bagaimana menciptakan jaringan kolaboratif antara guru-guru di  sekolah yang berbeda untuk berbagi ide dan mendukung satu sama lain.

Selama pembelajaran tentang coaching saya melihat ke masa lalu betapa hubungan yang selama ini saya bangun dengan rekan sejawat dan siswa kadang kurang tepat. Padahal dalam coaching MITRA adalah hal utama dalam hubungan. Terkadang saya tidak memposisikan diri sebagai mitra mereka. Tetapi setelah mepelajari tentang coaching maka sedikit demi sedikit saya mulai merubah pola pikir saya. Saya merasa termotivasi untuk menerapkan prinsip-prinsip coaching dalam peran saya di masa mendatang, terutama dalam kapasitas sebagai seorang guru bagi murid saya dan rekan sejawat bagi teman saya. Saya melihat potensi untuk membimbing dan mendukung anggota tim saya dengan lebih baik menggunakan keterampilan coaching ini. pendekatan coaching juga dapat membantu saya memahami bagaimana cara lebih efektif berkomunikasi dan mendukung pertumbuhan mereka.

Modul lain juga relevan dengan kompetensi coaching, misalnya dalam segitiga restitusi, atau pun pembelajaran berdefernsiasi karena komunikasi adalah salah satu kunci utama dalam pembelajaran. Dan untuk memperkuat kemampuan saya , maka saya terinspirasi untuk mencari informasi lebih lanjut tentang coaching dari sumber-sumber eksternal, seperti seminar, atau pelatihan tambahan. Hal ini akan membantu saya memperdalam pemahaman saya tentang coaching dan mengembangkan keterampilan saya lebih lanjut.

No comments:

Post a Comment