PEMERIKSAAN SPESIMEN DARAH
Pemeriksaan
darah terbagi atas beberapa bagian, yakni pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan
fungsi hati, ginjal, jantung, pemeriksaan kolesterol, dan gula darah.
1. PEMERIKSAAN
DARAH RUTIN
a. Hemoglobin
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan
salah satu dari sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak.
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke
paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk
didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.
Orang-orang
yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral, ibu hamil,
orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis atau
penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan
lainnya, bias saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat
dan kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.
b. Eritrosit
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah
bagian darah dengan komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah
sebagai tempat metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta
mengangkut O2(oksigen) dan CO2 (karbon dioksida).
Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit hati, anemia, dan leukemia bias
ditemui penurunan jumlah sel darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya
laboratorium akan melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.
MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan
untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan
indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean
cospuscular volume digunakan untuk mengukur indeks volume eritrosit dalam
darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobin untuk mengukur
indeks warna pada eritrosit dalam darah. Adapun MCHC atau mean
cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur indeks saturasi
eritrosit dalam darah.
Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan
penyakit anemia yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka
ragam bentuk atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui
apakah ada kelainan pada sel darah merah.
c. Leukosit
Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya
tidak berwarna alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur
darah seperti basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis,
biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang berat, terkena
infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka
bakar yang luas.
Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bias
mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit
terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini
juga akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu
sumber penyakit. Jika memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri
misalnya leukemia, dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan
kadar leukosit.
Ada juga yang disebut leukopeni. Kondisi ini terjadi
karena kadar leukosit anda kurang dari normal. Leukopeni biasanya timbul akibat
mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan
benzene, urethane, dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga
faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada
system kekebalan tubuh. Tubuh akanlebih mudah terkena berbagai penyakit
infeksi.
d. Hematokrit
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan
antara proporsi volume sampel darah Anda dengan sel darah merah merah
(eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah
keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam persen. Jading pengukuran ini bias
dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi presentasenya
berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar
hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang
diderita.
e. Trombosit
Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah
atau DBD. Pada penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah
secara signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan
pada kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.
Tidak
semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit
juga bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit
seseorang memang sangat rendah.
Trombosit
yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah. Oleh karena itu,
pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya
titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan otak.
Trombosit
yang meninggi sering terjadi pada leukemia (kanker sel darah putih),
polisitemia vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi), penyebaran tumor
ganas, penyakit-penyakit vaskuler seperti lupus (gangguan system imun atau
kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan, dan pada orang yang
baru berhenti mengkonsumsi alkohol.
f. Laju
Endap Darah (LED)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah
dalam membentuk endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung
pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju
endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah
merah bisa mengendap dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.
Laju endap darah mungkin akan meninggi dalam satu jam
apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilan. Laju endap darah juga
akan meningkat jika menderita infeksi kronis atau kasus-kasus dimana peradangan
menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik. Adanya tumor, keracunan logam,
radang ginjal maupun lever juga kadang memberikan nilai yang tinggi untuk laju
endap darah.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan
sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah
merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan
pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi
sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah
keseluruhan.
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk
mendeteksi adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu
penyakit.
g. Hitung
Jenis
Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit,
trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit
basofil, eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil
segmen), monosit dan limfosit. Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit
tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada pada
neutrofil segmen dan limfosit, sementara persentase terendah ada pada
eosinofil, basofil, dan monosit. Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi,
misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan
perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit dan monosit lebih tinggi
yaitu pada penyakit hati dan anemia kronis.
h. Golongan
Darah
Pengujian
golongan darah penting dilakukan terutama apabila dalam keadaan terdesak yang
mengharuskan mendapat tranfusi darah.
2. PEMERIKSAAN
FUNGSI HATI
Sebagai
organ tubuh yang memiliki banyak fungsi penting, seperti menetralkan racun yang
masuk ke dalam tubuh dan merombak nutrisi menjadi energi. Dalam pemeriksaan
fungsi hati, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan, antara lain:
a. SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic
oxaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah
AST (aspartate aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang tidak hanya
terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak, ginjal, dan
otot-otot rangka.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal
dan rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti
alkoholik, radang pancreas, malaria, infeksi lever stadium akhir, adanya
penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot jantung, orang-orang yang
selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT
bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3
kali lebih besar dari nilai normalnya.
b. SGPT
SGPT adalah singkatan dari serum glutamic pyruvic
transaminase,sering juga disebut dengan istilah ALT (alanin
aminotansferase). SGPT dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan
hati dibandingkan SGOT. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan
hepatitis. Sama halnya dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai
hasil pemeriksaan anda 2-3 kali lebih besar dari nilai normal.
c. Bilirubin
Pada pemeriksaan rutin, biasanya yang diperiksa adalah
bilirubin total dan bilirubin direk. Adajuga istilah bilirubin indirek yaitu
selisih bilirubin total dengan bilirubin direk. Bilirubin merupakan suatu
pigmen atau zat warna yang berwarna kuning, hasil metabolisme dari penguraian
hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Pada penyakit hati yang menahun (kronis), dapat terjadi
peningkatan kadar bilirubin total yang tentunya juga diiringi peningkatan
bilirubin indirek atau bilirubin direk. Peningkatan ini berhubungan dengan
peningkatan produksi bilirubin atau akibat adanya penyumbatan pada kandung
empedu sebagai orgam tubuh yang menyalurkan bilirubin ke dalam usus. Akibat
penumpukan bilirubin ini, wajah, badan dan urin akan berwarna kuning.
d. Gamma
GT
Gamma GT (glutamil tranferase) merupakan enzim
hati yang sangat peka terhadap penyakit hepatitis dan alkoholik. Kadarnya yang
tinggi bisa bertahan beberapa lama pasca penyembuhan hepatitis.
e. Alkali
Fosfatase
Fosfatase alkali merupakan enzim hati yang dapat masuk ke
saluran empedu. Kandung empedu terletak persis di bawah hati atau lever.
Meningkatnya kadar fosfatase alkali terjadi apabila ada hambatan pada saluran
empedu. Hambatan pada saluran empedu dapat disebabkan adanya batu empedu atau
penyempitan pada saluran empedu.
f. Cholinesterase
Umunya kadar cholinesterase menurun pada kerusakan
parenkim hati seperti hepatitis kronis dan adanya lemak dalam hati. Pemeriksaan
ini sering dipakai sebagai pemeriksaan tunggal pada pasien yang mengalami
keracunan hati akibat obat-obatan (termasuk keracunan insektisida).
g. Protein
Total (rasio albumin/globulin)
Protein dalam darah yang penting terdiri dari protein
albumin dan globulin. Albumin sepenuhnya diproduksi di hati, sedangkan globulin
hanya sebagian yang diproduksi di hati, sisanya diproduksi oleh system
kekebalan dalam tubuh. Albumin dan globulin merupakan suatu zat yang sangat
berguna dalam sistem kekebalan tubuh. Perubahan kadar keduanya bisa menunjukkan
adanya gangguan pada organ hati atau juga bisa pada organ tubuh lainnya
misalnya ginjal.
Pada pemeriksaan laboratorium, penting untuk menilai
kadar protein total, kadar globulin dan kadar albumin. Pada penyakit-penyakit
hati, kadar protein bisa meninggi dan bisa juga menurun. Begitu pula kadar
albumin dan globulin. Sebagai contoh, jika terjadi infeksi pada hati yang baru
diketahui kira-kira dalam tiga bulan terakhir, dapat terjadi peningkatan kadar
globulin dan penurunan kadar albumin.
3. PEMERIKSAAN FUNGSI
GINJAL
Ginjal memiliki banyak fungsi, misalnya untuk
membersihkan darah dan mengatur keseimbangan cairan. Oleh karen itu,
pemeriksaan ginjal terutama pada klien yang mengalami nyeri pinggang dan sakit
saat buang air kecil, wajib dilakukan. Pemeriksaan fungsi ginjal mencakup
beberapa parameter sebagai berikut:
a. Ureum
Ureum merupakan produk sisa metabolisme (pembakaran)
protein. Dalam keadaan normal, kadar ureum darah selalu konstan. Jika terjadi
produksi yang berlebihan, misalnya makanan yang kita konsumsi terlalu tinggi
kadar proteinnya maka ginjal akan berupaya keras mengeluarkannya dari dalam
tubuh. Namun, apabila terjadi kerusakan pada ginjal maka akan terjadi
penumpukan ureum di dalam darah. Ginjal lantas tidak mampu membuang ureum
tersebut sehingga kadarnya semakin tinggi. Keadaan lain seperti terjadinya
dehidrasi (kekurangan cairan tubuh akibat diare, keringat berlebih, dan kurang
minum) juga akan menyebabkan tingginya kadar ureum dalam darah. Jika kadar
ureum sangat tinggi dalam darah maka akan dapat menyebabkan koma.
b. Creatinin
Creatinin juga merupakan zat sisa metabolisme protein.
Jika kadar kreatinin dalam darah berada dalam keadaan berlebih maka kelebihan
tersebut akan selalu dibuang melalui ginjal. Namun, apabila terjadi kerusakan
pada saringan ginjal maka akan beresiko terjadinya penumpukan kadar creatinin
dalam darah yang tidak bisa dibuang di dalam darah oleh ginjal. Seperti halnya
ureum, kemampuan ginjal mengeluarkan creatinin juga merupakan penilaian
terhadap fungsi ginjal. Pada beberapa penyakit seperti batu ginjal atau infeksi
ginjal, bisa ditemui peninggian kadar creatini darah.
c. Asam
Urat
Asam urat juga merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi ginjal. Orang banyak berasumsi bahwa asam urat dikaitkan
dengan lutut atau tumit yang sakit dan badan terasa pegal-pegal.
Asam urat yang meninggi bisa terdapat pada anda yang
terlalu banyak mengkonsumsi jeroan, kepiting, melinjo, kacang tanah, bayam,
kol, dan lain-lain. Faktor keturunan, mengkonsumsi alkohol berlebihan,
kegemukan, dan penyakit darah tinggi yang berat juga meningkatkan resiko
terjadinya peningkatan kadar asam urat.
4. PEMERIKSAAN FUNGSI
JANTUNG
Pemeriksaan
jantung biasanya dilakukan untuk mengukur LDH dan CPK (CK).
a. LDH
LDH
atau lactate dehydrogenase adalah suatu enzim yang terdapat di
jantung, berfungsi untuk mengubah zat makanan yang disuplai dari darah menjadi
energi.
b. CPK
atau CK
CPK (creatin
phosphokinase) atau CK (creatin kinase) adalah enzim yang sebenarnya
tidak hanya terdapat dalam otot-otot jantung, melainkan juga terdapat dalam
otak, otot-otot polos seperti usus, dan otot-otot rangka. Enzi mini akan
meningkat dalam keadaan tertentu, misalnya jika terjadi penyumbatan pembuluh
darah jantung, dan adanya kelainan pada otot jantung. Namun, enzim ini juga
akan meningkat dalam kapasitas ringan maupun sedang setelah melakukan olahraga
berat, setelah operasi, pasca-kecelakaan, adanya kelainan pada paru (seperti
penimbunan cairan dalam paru), dan hipotiroidisme (rendahnya kadar hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid).
5. PEMERIKSAAN KADAR
KOLESTEROL DALAM DARAH
Pemeriksaan
kadar kolesterol mutlak dilakukan terutama pada orang yang gemar menyantap
makanan siap saji, memiliki berat badan berlebih, dan seorang perokok. Dalam
pemeriksaan kolesterol, ada 4 jenis yang sering diperiksa, yakni kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.
a. Kolesterol
Total dan HDL
HDL
merupakan jenis kolesterol yang berfungsi membawa seluruh kolesterol ke pabrik
pengolahannya yaitu hati. HDL juga berfungsi membawa kolesterol yang telah
diolah untuk didistribusikan ke otak, jantung, dan seluruh organ tubuh yang
lain. Oleh karena itu, HDL dikatakan sebagai kolesterol baik. Jika kadar HDL
rendah maka akan banyak kolesterol yang menempel pada pembuluh darah. Kejadian
ini adalah cikal bakal terjadinya tekanan darah tinggi karena banyak penyumbatan
pada pembuluh darah.
b. Kolesterol
HDL
LDL
merupakan kolesterol yang dapat menyebabkan terjadinya penimbunan plak di dalam
saluran pembuluh darah. LDL mempunyai tugas yang berlawanan dengan HDL. Jika
kadar LDL meningkat maka diperkirakan banyak kolesterol yang berasal dari
makanan yang tidak terangkut ke hati. Hal ini disebabkan ulah LDL yang menahan
kolesterol.
c. Kolesterol
Trigliserida
Ini
adalah kolesterol yang mengikat trigliserida. Kadarnya yang tinggi menunjukkan
banyak kolesterol jenis trigliserida di dalam darah.
Ketiga
kolesterol ini sering dinyatakan sebagai Kolesterol Total.
6. PEMERIKSAAN GULA
DARAH
Pemeriksaan
gula darah rutin dilakukan pada setiap medical check-up.
a. Gula
Darah Puasa
Seperti
namanya, pemeriksaan ini memang untuk mengukur berapa kadar gula darah sewaktu
berpuasa. Biasanya klien harus puasa selama ±10 jam sebelum pemeriksaan.
Dimulai pada pukul 10 malam dan dilakukan pemeriksaan pada pukul 8 pagi
keesokan harinya. Gula darah yang rendah atau sangat tinggi akan membuat tubuh
menjadi lemas, keluar keringat dingin, dan kesemutan.
b. Gula
Darah 2 Jam Post Pradial
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengecek kadar gula darah 2 jam setelah makan. Jadi sewaktu
klien diperiksa gula darah puasa pada pukul 8 pagi maka klien diharuskan
mengkonsumsi makanan secara biasa. Tepat dua jam sesudahnya yakni pukul 10
pagi, gula darah klien kembali diperiksa. Hasilnya akan menunjukkan berapa
kenaikan gula darah klien yang sebenarnya ketika selesai makan.
c. Gula
Darah Sewaktu
Pemeriksaan
ini biasanya hanya diperiksa sewaktu-waktu. Tidak ada pemeriksaan khusus.
d. HbA1c
Pemeriksaan
ini digunakan untuk menilai pengendalian metabolisme (pengolahan) gula darah
pada penderita penyakit gula darah. HbA1c termasuk jenis hemoglobin yang
jumlahnya mencapai 4-6% dari semua jenis hemoglobin yang ada.
Pemeriksaan
HbA1c lebih menggambarkan berapa pengendalian kadar gula darah klien dalam 3-4
bulan terakhir. Seperti pada umumnya hemoglobin, HbA1c ini terikat di dalam sel
darah merah (eritrosit) selama umur eritrosit itu, yakni sekitar 120 hari.
7. PEMERIKSAAN
ELEKTROLIT DARAH
Pemeriksaan
elektrolit darah pada dasarnya merupakan pemeriksaan kadar kandungan garam dan
mineral dalam darah, seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan klorida.
Fungsi pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada salah satu
organ tubuh, seperti ginjal dan jantung, tulang, serta sebagai penanda kanker.
a. Natrium
Natrium
sering dijadikan salah satu indicator gangguan pada jantung, ginjal, dan
penyakit gondok. Beberapa diagnosis penyakit seperti gangguan ginjal disertai
pembengkakan pada kaki dan atau seluruh badan, pembengkakan jantung,
pembengkakan pada perut yang berisi cairan, diare yang berkepanjangan, olahraga
dengan keringat berlebihan, dan luka bakar biasanya menunjukkan adanya
penurunan natrium. Penurunan natrium juga sering menyebabkan menjadi mual dan
muntah, sakit kepala, dan bahkan kejang dan koma. Adapun peningkatan kadar natrium
bisa mengakibatkan lemah otot, kejang, dan juga bisa mengakibatkan koma.
b. Kalium
Seperti
halnya natrium, kalium juga merupakan indikator adanya gangguan pada
metabolisme cairan tubuh, terutama melibatkan jantung dan ginjal. Kadar kalium
bisa menurun pada orang-orang yang menderita diabetes mellitus (kencing manis),
diare yang berkepanjangan, muntah-muntah, dan pada penyakit ginjal. Kadar
kalium dapat meninggi pada klien dengan luka bakar, setelah tranfusi darah, dan
setelah operasi pembedahan.
c. Kalsium
Kadar
kalsium tidak hanya identik dengan pemeriksaan kekuatan tulang. Kalsium juga
terdapat dalam darah sehingga pemeriksaan kadar kalsium juga berfungsi untuk
menilai kemampuan fungsi ginjal, kelenjar paratiroid, dan lain-lain. Pada beberapa
kasus, seperti adanya kanker serta penggunaan vitamin A dan D secara
berlebihan, dapat ditemukan adanya kadar kalsium darah. Sebaliknya penurunan
kadar kalsium bisa dijumpai pada kasus-kasus seperti nyeri otot kronis.
d. Magnesium
Magnesium
terdapat di dalam tulang dan otot. Kadarnya bisa meninggi pada pasien dengan
kelainan irama jantung atau gagal ginjal. Orang yang sering mengkonsumsi
alcohol biasanya mengalami penurunan kadar magnesium. Begitu pula halnya pada
kasus-kasus malnutrisi atau kekurangan gizi.
e. Klorida
Walaupun
jarang diperhitungkan, kadar klorida tetaplah penting untuk diperiksa. Klorida
lebih dikaitkan dengan mineral yang menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kadarnya
bisa meninggi jika klien mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh
berlebihan. Namun, pada kehamilan, usia lanjut, dan adanya defisiensi vitamin
serta zat besi, sering ditemukan adanya penurunan kadar klorida.
Oleh : Oleh: I Putu Gede Widhiadnyana
No comments:
Post a Comment